ES TELER 77 PERUSAHAAN FRANCHISE
PERTAMA ASLI INDONESIA
TUGAS PENGANTAR BISNIS (SOFTSKILL)
logo Es Teler 77 |
Pada tahun
1987, Sukyatno Nugroho (menantu dari Murniati Widjaja) mewaralabakan Es Teler
77 yang dengan ini merupakan usaha makanan cepat saji asli Indonesia pertama
yang menerapkan sistem waralaba. Sistem franchise dari Es Teler 77 pertama dibuka di
Solo, Jawa Tengah. Dari awal perintisan Es Teler 77 ini hanya
memiliki tidak lebih dari 5 karyawan hingga kini telah memperkerjakan kurang lebih
2000 karyawan dengan 180 cabang franchisee
di hampir seluruh provinsi di Indonesia.
Tak hanya di dalam negeri, Es Teler
77 telah go international ke Singapura dan Australia, masing-masing tiga outlet.
"Kami sedang bersiap merambah Beijing dan Jeddah dengan mengikuti pameran
di sana pada Mei ini," kata Anton yang merupakan generasi kedua dari
bisnis ini. Merambah luar negeri, Anton menyatakan, telah mendaftarkan hak
cipta merek dagangnya. "Penting untuk mengamankan terlebih dulu hak cipta
untuk menghindari copy cat dan penyalahgunaan merek," ujarnya. Keinginan untuk go
international Anton mengakui tidak berorientasi pada keuntungan. Tidak bisa
dianggap profit centre, untuk survei ke luar negeri saja membutuhkan biaya yang
banyak. Menginjakkan kaki ke Singapura dan Australia hanya untuk membangun
merek. "Semacam visi tersendiri bahwa usaha kami bisa merambah
global," kata Anton. Lagipula dengan menjual cita rasa khas Indonesia
warga negara Indonesia yang hampir tersebar di seluruh dunia adalah sumber
pelanggan utama. Ditambah dengan komunitas yang dibangun dengan masyarakat
lokal, maka akan bertambah besar pula kemungkinan besarnya pelanggan. Selain
itu, alasan memilih negara seperti Jeddah dan Beijing juga karena karakter
selera yang tidak jauh berbeda. Kalau di Jeddah karena banyak yang umroh dan
bekerja di sana, maka menjadi pasar yang cukup besar, permintaan di dua negara
itu juga cukup banyak. Sedangkan Beijing, akan menjadi pasar yang menjanjikan
mengingat karakter masakan di kawasan Asia akan mengglobal. "Lihat saja di
mall-mall Indonesia, tidak hanya masakan Indonesia tapi juga ada masakan China,
Thailand, atau Vietnam," ujarnya.
Walau sudah memiliki banyak cabang di
hampir seluruh provinsi Indonesia, bahkan sekarang telah go international, Es
Teler 77 tetap mementingkan kualitas dari pada makanan dan minuman yang
dijajakan. Es Teler 77 menetapkan standar yang sama untuk semua outletnya.
Sehingga bagi daerah yang tidak mempunyai sentral kitchen, bahan baku harus
didatangkan dari Jakarta. Sedangkan sentral kitchen hanya ada di Jakarta dan
Medan, serta satu di Singapura. "Hambatan terbesar ada dalam penyediaan
bahan baku," katanya. Jadi daerah yang jauh dari sentral kitchen akan
ada penambahan biaya distribusi. Anton mengaku penambahan biaya distribusi
tidak dibebankan pada harga jual produknya."Tidak ada kenaikan harga
secara otomatis, tapi kami menerapkan tiga level biaya dari yang rendah hingga
yang tertinggi. Untuk daerah yang biaya distribusinya tinggi diterapkan level
harga tertinggi," ujarnya.
Menu utama dari Es Teler 77 ini
adalah es teler, bakso, dan mie ayam. "Itu menu-menu pertama kami,"
katanya. Seiring berjalannya waktu, menu-menu baru hasil kreasi sendiri mulai
bermunculan, seperti siomay, pisang bakar, roti bakar, nasi goreng, ayam
goreng, dan sop buntut.
Anton membagi sedikit resep bocoran
bagi pemula bisnis waralaba. tidak terlalu sulit menjalankan bisnis waralaba
ini, yang penting harus sadar bahwa konsep bisnis yang jelas merupakan faktor
utama untuk dijual, dan kemudian harus fokus pada brand. Untuk fokus di brand
yang sudah dibangun, perlu adanya standarisasi dalam produk. Usahawan juga
harus mau mulai dari bawah dan bertahap untuk mendapatkan kesuksesan.
"Yang lain, dipertajam dengan pelatihan-pelatihan," ujarnya.
Dalam waralaba yang Anton jalankan
ini, ia sengaja membidik pasar untuk menengah ke bawah. Agar usahanya tidak
terlalu suka buka di mall yang mahal biaya sewanya. Balik modal rata-rata
terjadi dalam dua tahun. Berbeda-beda tergantung lokasinya. Kadang di daerah
malah bisa setahun balik modal, karena di sana investasi masih murah dan belum
banyak saingan.
Keuntungan – keuntungan dari usaha franchising
bagi pemilik, diantaranya :
1. Pihak franchisor memiliki akses
pada permodalan dan berbagi biaya dengan franchisee dengan resiko yang relatif
lebih rendah.
2. Pihak franchisee mendapat kesempatan untuk memasuki sebuah bisnis dengan cara cepat dan biaya lebih rendah dengan produk atau jasa yang telah teruji dan terbukti kredibilitas mereknya. Sehingga anda tak perlu lagi mempromosikan produk baru yang biasanya tidak dilirik oleh pembeli karena biasanya para pembeli telah percaya dengan merek yang telah berkembang dengan system franchise.
3. Lebih dari itu, franchisee secara berkala menerima bantuan manajerial dalam hal pemilihan lokasi bisnis, desain fasilitas, prosedur operasi, pembelian, dan pemasaran.
2. Pihak franchisee mendapat kesempatan untuk memasuki sebuah bisnis dengan cara cepat dan biaya lebih rendah dengan produk atau jasa yang telah teruji dan terbukti kredibilitas mereknya. Sehingga anda tak perlu lagi mempromosikan produk baru yang biasanya tidak dilirik oleh pembeli karena biasanya para pembeli telah percaya dengan merek yang telah berkembang dengan system franchise.
3. Lebih dari itu, franchisee secara berkala menerima bantuan manajerial dalam hal pemilihan lokasi bisnis, desain fasilitas, prosedur operasi, pembelian, dan pemasaran.
Dampak-dampak
yang timbul dari usaha franchising ini terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia
Dampak positif dari adanya franchising ini adalah,
:membuka lapangan pekerjaan yang
sangat besar bagi penduduk Indonesia,
:membantu atau merangkul para pembisnis yang masih belum percaya diri
dalam membuka usaha sendiri.
Dampak negatif yang timbul dari adanya franchising ini adalah,
: pembeli lebih memilih membeli pada di
usaha waralaba yang telah memiliki nama, sehingga bagi yang belum memiliki nama atau
pamor, akan kalah saing, dan menimbulkan rasa takut bagi pemula yang ingin
mengembangkan kreatifitasnya dan kemandiriannya dalam membuka usaha,
: akan terjadi monopoli merek dagang,
karena sedikit persaingan.